Senin, 29 Agustus 2016

menjijikan
aku menulis tentang kehidupanku disini
dan membiarkan orang-orang asing membacanya
persetan


dua puluh tiga tahun
tapi aku masih hidup dalam ilusi
entah sampai usia berapa
atau akan selamanya

Minggu, 28 Agustus 2016


bapakku sudah menyebrangi jembatan pelangi
ibuku beribadah mahal ke tanah suci
aku di rumah bersama dua kucing betina
jadi ini ya yg namanya benar-benar sendirian?
tapi
kalau dipikir-pikir
aku sudah mengalami di rumah hanya dengan kucing
sejak aku lima tahun
jadi
sekarang tidak perlu kaget seharusnya
seharusnya
semalam, aku sedang melamun
tetanggaku mengintip dari jendela yg aku biarkan terbuka
dia bilang
"sendirian jangan bengong, nanti bisa gila"
aku hanya mengangguk
lalu tertawa sendirian
apa aku jangan-jangan memang sudah gila ya?
mungkin
karena lahir dari keluarga yg berbeda seperti anak remaja kebanyakan
aku terlihat seperti anak bermasalah
liar
berengsek
bandel
mungkin memang iya
tapi aku berusaha sekuat-kuatnya untuk tidak menyakiti
aku kepingin orang tersenyum banyak-banyak
tapi kan aku tidak perlu menjelaskan satu-satu ke semua orang di dunia
nikmatilah sudut pandang sempit kalian
telan masing-masing
aku tertawa lagi
lalu menggendong kucingku 
rasanya selalu enak karena getaran perutnya menghangatkan hatiku
sebelum aku ketiduran dikursi rotan,  aku berbincang dengan kucingku

"eh, aku kayaknya ngga cocok hidup sama siapa-siapa deh"



"kita tidak berhak menyakiti siapapun, bahkan udara sekalipun"

rasanya aneh
bagaimana orang asing bisa dengan begitu mudahnya melukai perasaan
membuat bersedih
menangis
padahal diri sendiri ini sudah susah payah untuk tetap hidup
rasanya aneh
aku sudah cukup pontang panting dalam hidup
lalu masih harus menjaga perasaan orang lain
masih harus mengalah
masih harus berpura-pura
lelah
jadi begini saja
biarkan aku hidup ya?
hidup sendiri seperti sebelumnya

Kamis, 18 Agustus 2016

penguntit tua

 
akhir pekan kemarin
aku berjalan kaki cukup jauh
dan sendirian
dari kosanku di pemukiman gerah
menuju area rumah-rumah pagar raksasa
memakai kaus putih lusuh
air minum dan buku catatan hangat terlindung rapih didalam tas selempang kesukaanku
dan lagu-lagu keroncong di telinga
aku menuju taman
memberi senyum penjaga rumah kosong
menatap udara didepan pagar berkarat rumah tua
taman terlalu ramai
aku tidak suka
 
aku berbelok
ada suara penjual eskrim
aku mengikuti suaranya
dan berada tepat dibelakangnya
melihat anak laki-laki berseragam merah mengayuh sepedanya
panas waktu itu
padahal baru pukul Sembilan pagi
dunia pun sudah gerah hidup rupanya
aku berkeringat
anak laki-laki penjaja eskrim pun
satu atau dua jam aku mengikutinya
belum laku juga
 
pembututanku berakhir saat aku melihat rumah tua kosong
ada kucing diatas bak sampah di halaman rumahnya
kucing tua
sakit dan
kesepian
nasib kami sama
 
atau jangan-jangan aku memang kucing tua
aku masuk ke dalam rumah tua itu
punggungku sakit
aku percaya setan
karena aku juga percaya peri dan penyihir ada
aku mengelus kucing itu dan bilang
"aku mau cari warteg, jangan kemana-mana"
 
sialan
dasar orang-orang banyak uang
susah sekali menemukan warung makan di perumahan yg pagarnya bisa sampai ke langit
mereka tidak akan mungkin menjamah tempe yg digoreng dikuali hitam
aku berputar-putar dan terus mencari
dan akhirknya kutemukan
warung makan tepat di samping tempat pembuangan sampah
disana ada beberapa petugas kebersihan sedang sarapan
aku membeli ikan tongkol dua potong
lalu aku bersihkan dengan air minum bekalku agar bumbu sambalnya hilang
dan tepat beberapa langkah ada kucing lain kelaparan
aku berikan sebagian
 
lalu aku kembali ke rumah tua itu
halamannya luas sekali
ada pohon jambu air di pojok pagar mencuat ke jalanan
dan si kucing tua masih berbaring di sana
kakinya seperti sakit
wajahnya jelek sekali
tapi dia mendengar ucapanku
untuk setia menunggu
manusia belum tentu bisa
 
aku menaruh ikan tongkol di hadapannya
dia makan lahap
punggungku semakin sakit
penjual sayur didepan pagar melihatku dan menyuruhku keluar
tanganku panas karena mencuci sambal
aku tinggalkan kucing tua yg sedang sibuk mengunyah
dan bilang
"semangat!"
 
ketika sudah di muka pagar
aku berteriak dan memandang sekeliling rumah
"kita berteman tahu!"
lalu sakit punggungku serta merta hilang
 
 
aku akan banyak berjalan kaki sendirian
setelah ini
 

 
murung rasanya
merasakan gejolak ini sendirian
lalu diacuhkan bagai daun pandan yg sudah tak ada harumnya
murung rasanya
karena keinginanku sederhana
berkeluarga dan pindah ke desa
murung rasanya
seperti kali coklat dibelakang terminal
biar bagaimana juga akan kembali ke laut
biar bagaimana aku juga manusia
murung rasanya
terpenjara
dikandangkan
murung rasanya
aku dimanakah?
murung rasanya
apa aku tidak berguna lagi sebagai manusia?
 

Rabu, 10 Agustus 2016

ibu-ibu bumi

 
 
 
 
 
 
teman-teman
kalau kalian merasa lemah dan sedih
sebagai anak perempuan khususnya
coba kalian tonton video-video diatas
ibu-ibu yg biasanya hanya bergumul di ladang
ibu-ibu yg bersuara halus di rumah
ibu-ibu yg menetei anaknya sambil berdendang
mereka berdiri tegak
mengepalkan tangan
dan berteriak dengan tegas
"LAWAN!"
yg mereka lawan bukan soal percintaan
yg mereka protes bukan paket internet yg semakin mahal
juga bukan hanya soal tidak punya uang
tapi
seluruh kebodohan negeri ini
 
aku pernah bertemu ibu sukinah dkk sekali
tahun lalu
aku datang sendiri ke kontraS
tidak kenal siapapun disana
hanya datang dan duduk melihat ibu-ibu bersanggul konde bambu yg dicat merah putih
saat mereka tampil bernyanyi lagu kendeng lestari
aku hanya bisa menangis
malu sebenarnya
karena aku tidak kenal siapa-siapa disana
tapi biar saja
ini tak bisa dibendung lagi
 
lalu
mereka datang kembali
kali ini dengan amarah
karena tak juga digubris
ibu-ibu memasung kakinya dengan semen
agar bisa bertemu bapak presiden
aku hanya menyaksikan dari facebook
pingin sekali ke depan istana
memeluk mereka dan berkata
"kita hidup bu!"
sore itu
aku pulang kerja
berhenti lama di bawah pohon petai cina
dan ada pelangi
pelangi sama yg dilihat juga oleh ibu-ibu rembang
di depan istana
aku melihat dokumentasi saat ibu-ibu menangis melihat pelangi sore itu
karena berbarengan dengan diutusnya jubir presiden
dan anak laki-laki membongkar pasung semen
mereka menangis
adakah yg lebih kuat dari tangisan ibu-ibu rembang sore itu?
 
ibu suku samin bilang
"tidak perlu pintar, yg penting mengerti, Karena kalau pintar bisa berbohong dan menipu"
dan lihat deh !
betapa kebaikan itu diatas segalanya
tidak mengenal agama, ras dan suku
mereka hidup rukun bersama masyarakat dari segala warna
mereka sejahtera dengan bertani
mereka melindungi bumi kita
 
aku kadang berfikir
tuhan
kenapa ibu yg katanya mulia
yg disanjung-sanjung makhluk sempurna
harus menangis didepan istana
harus berteriak agar didengarkan
harus turun ke jalan agar ditanya "kami kenapa?"
aku juga masih tidak mengerti dengan para penguasa negeri ini
yg bisa begitu kebal
aku saja melihat video diatas menangis sesegukan
dan mengucapkan sumpah serapah
lalu kenapa para tirani
masih bisa tidur nyenyak
masih bisa makan enak
masih bisa pergi kekantor dengan mobil dingin
masih bisa berkicau tak tahu malu di social media
 
ibu-ibu bumi
aku tidak percaya ada surga dan neraka
tapi aku percaya anak perempuan harus kuat
ibu-ibu bumi
kalau aku meracau keluhan hidupku yg tak seberapa
aku akan ingat betapa sabarnya kalian
ibu-ibu bumi
aku tidak akan takut lagi
aku mau memeluk pohon walau digigit semut
aku mau tidak memakai alas kaki walau banyak pecahan beling
aku mau berani seperti kalian
ibu-ibu bumi
aku mau kita hidup
hidup selamanya
 
 
 
 
 
 

Selasa, 09 Agustus 2016

 
suatu hari kamu akan bersyukur dengan lagu-lagu yg bapakmu kenalkan
 
hari ini aku mendengarkan semua daftar putar lagu bapak
ebiet g ade
doel sumbang
alfian
tety kadi
lilis surjani
lagu-lagu ismail marzuki
dan masih banyak lagi
 
hari ini
kangen bapak
kangen sekali

 
foto ini aku ambil tahun lalu
di sebuah desa di jawa tengah
sore-sore hujan
suasana di persawahan yg berbukit-bukit itu
rasanya lembut sekali
tenang
ibu petani
dan pakaiannya
harum tanah basah
awan abu-abu
suara burung dikejauhan
sendu dan syahdu
rasanya seperti mendengarkan lagu lama di teras rumah bersama kucing-kucing
 
lalu
setiap kali aku sedih, kecewa, kesal, marah
bahkan bahagia sekalipun
aku ingat foto ini
aku ingat betapa sabarnya ibu petani
aku ingat suasana disana
sore itu
 
dan aku berkata pada diriku sendiri
"aku mau kalem saja kayak ibu"
terus tahu gak sih?
 
walaupun aku tetap marah tetap sedih tetap gembira
tapi tidak terlalu meletup-letup
tidak terlalu menggebu-gebu
masih bisa diatur
dan aku tidak sepusing biasanya
dan aku tidak sesedih biasanya
 
itu ajaib tahu kamu harus coba
 

beberapa waktu yg lalu
aku rasanya malas hidup
di rumah sesak
lalu aku pergi ke taman siang-siang
ini beneran tau
begini
"kalau kita baik-baik saja, kayaknya semua juga akan baik-baik saja"
itu hasil renunganku bersama bayi laba-laba
dan penghuni pohon totoro tempatku bersandar di taman
maksudnya
kalau diri ini tidak terlalu terbawa suasana
kalem
dan tentu saja baik-baik saja
semua rasanya enak
 
masa ya
 
di taman itu aku merenung
menulis menggambar
menikmati angin
pokoknya hati ini rasanya ringan sekali
dan berpikir ulang
betapa selama ini aku begitu berlebihan
rasanya meminta maaf duluan tidak masalah
lalu sisanya kabur saja
dengan energy baik dan tulus
 
masalah-masalah berat itu
serta merta selesai
dan
seperti terbang ke langit satu persatu dengan lamban
 
aku di taman sampai pukul 4 sore
aku semakin mengerti diriku sendiri
kalau
"aku mau menggambar saja"