tulisan di bawah ini aku tulis
saat aku mau bunuh diri tahun lalu
dan setelah aku tenang sekarang
aku membaca ulang
dan rasanya menjadi indah
mungkin ada yg membacanya suatu hari
atau saat aku benar-benar mati secara alamiah
ini akan menjadi perantara yg halus
“I would like to leave this city, this old town don’t smell too
pretty...
And i can feel the warning signs running around my mind”
Lirik lagu ciptaan Noel
Gallagher untuk band oasis dan dinyanyikan ulang oleh Aurora
Lirik lagu itu rasanya
nyata bagiku
Aku sudah
menceritakan ke beberapa teman tentang keinginanku pindah dari kota
Dan bercerita hanya
kepada dua orang teman tentang perasaanku yg tidak menyatu dengan dunia
Kenapa aku ada di
sini? Dan untuk apa?
Lirik lagu itu aku
putar di kereta dengan kabel musik
Aku menangis di
kereta
Aku tutupi dengan
masker mulut yg aku tarik lebih dalam ke arah mata
Dan aku menghadap ke
pintu kereta
Melihat langit biru
yg hanya ¾ sisanya bangunan manusia
Aku merasa bukan
bagian dari kota tua ini
Walaupun saat
orang-orang mengumpat dan mengeluh soal kota ini
Aku lebih memilih
diam
Dan mengakalinya
sendiri
Dengan meromantisasi
gang-gang lama
Kakek tua penuh
senyum
Hutan kota sepi
Taman-taman yg bisa
diinjak rumputnya
Meromantisasi masa
kecilku
Tanah lapang
Bermain di malam
terang bulan
Halaman belakang yg
subur
Walaupun, pada
akhirnya
Rasanya aku mau kabur
saja
Aku menangis di
kereta
Dan aku bilang aku
siap untuk beristirahat kalau memang itu yg seharusnya
Aku rindu bapakku
“so here i go, i’m still scratching around in the same old hole
my body feels young but my mind is very old”
saat aku menulis ini
aku dalam keadaan
depresi lagi
vaginaku mengeluarkan
cairan coklat lagi
sama seperti waktu
Bapak pergi
aku selalu bercerita
tentang Bapakku
tapi, apakah saat
Bapakku hidup aku ini anak yg baik?
Tidak!
Aku bahkan tidak sadar
kalau kematian itu salah satu fenomena hidup
Melalui kematian
Bapakku aku diingatkan kalau
Kehilangan adalah
ilusi
Aku tidak pernah
memiliki apapun kecuali jiwaku sendiri
Dan sejak kelahiran
sampai fase kematian
Dengan apa aku
mengisi bentang itu?
Aku sudah melewati
sekali banyak hal
Bahkan mungkin
sedikit lebih banyak dari orang-orang seumuranku
Sejak kecil sampai
dua puluh lima tahun ini
Sejak kecil aku sudah
Hidup sendirian,
karena ibu dan bapakku kerja
Ibuku bekerja jauh
dari rumah dan bapakku bekerja di dekat rumah
Saat istirahat jam
kerja, ia pulang
Aku memasak diajarkan
Bapak
Dan mengantarkan aku
ke sekolah dengan sepedah
Mengecek PR ku
Mengajarkan aku
melukis dan menulis puisi
Membawakan aku
kaset-kaset lagu lama
Membelikan aku coklat
saat hari ulang tahunku
Mengajarkanku sayang
kucing dan memaafkan
Kalau aku ingat
hal-hal itu semua
Aku rasanya mau kabur
dari dunia ini
Karena kita tidak
akan bisa menyadari waktu itu begitu singkat
Atau sebenarnya juga
hanya ilusi
Sampai kita merasakan
kehilangan itu sendiri
Aku tahu semua
fenomena hidup ini adalah pelajaran
Termasuk soal cinta
Aku berbohong
Berkhianat
Memulai lagi
Berbohong dan
berkhianat
Dibohongi dan
dikhianati
Memulai lagi
Dan seterusnya
Tahun ini aku
diberikan pelajaran
Kalau pada dasarnya
Aku adalah seorang yg
sangat setia dan sensitif
Dari fenomena bertemu
seseorang
Dan merasa disakiti
Akhirnya, semesta
menunjukku untuk ke psikolog
Di psikolog aku
ditunjukkan garis merah kesedihanku
Kalau, aku belum
selesai dengan diriku
Belum memaafkan
diriku
Soal Bapakku dan masa
lalu
Yg tak pernah
dimengerti keluarga atau orang terdekatku
Di titik balik aku
memutuskan untuk memaafkan diriku
Memaafkan
sekelilingku
Menerima semua
keadaan yg ada
Dan bersyukur
Dan sudah jelas
ternyata aku “monogamy”
Aku tidak bisa
membagi perasaanku
Untukku perasaan dan
sentuhan
Adalah sakral
Dan kepercayaan yg
tinggi
Mungkin, saat
pasanganku mati
Seminggu kemudian aku
juga akan mati
Lalu, saat aku
menyadari itu semua
Aku dikhianatai dan
dibohongi
Aku memulai lagi
Memaafkan diriku,
menerima diriku
Memaafkan orang lain,
menerima orang lain
Lalu, aku disakiti
lagi
Lalu,
Aku bertanya-tanya
lagi
Kenapa aku memilih
untuk bertahan atas semua rasa sakit ini?
“So what do you say? You cant give me the dream that are mine anyway”
Aku ingat kata Mahatama
Gandhi
“you must be the change, you wish to see the world”
Saat aku disakiti
Sangat mudah untuk
memilih membalas menyakiti
Tetapi
itu proses yg instan
Rasa puasnya tidak
akan bertahan lama
Lalu, aku memilih
untuk memaafkan
Dan membuang
kesedihan sendirian
Tapi, terkadang aku
bertanya-tanya
Kenapa aku
diperlakukan begini?
Apa gunanya aku di
sini?
Lalu,
Aku selalu dihadapkan
dengan makhluk-makhluk yg minta pertolonganku langsung
Bukan, bukan karena
aku baik
Tapi, mereka ada di
hadapanku dan memintaku
Insting sensitifku
sudah pasti memilih untuk menolong
Seperti yg terjadi
hari ini
Temanku yg tiba-tiba
minta bertemu saat sedang depresi dan butuh teman bicara
Nenek tua di stasiun
yg tidak bisa naik tangga dan tidak ada yg menolong
Dan berdiri tepat di
hadapanku saat aku lewat
Ibu yg keberatan
membawa belanjaan dan hampir terjatuh
juga berdiri tepat di
hadapanku saat aku lewat
kucing sakit yg duduk
tepat di depan pintu rumahku
kakek nyasar yg duduk
tepat di sampingku
anak perempuan buta
yg minta ditunjukan jalan
dan bilang
terimakasih dengan senyuman
pohon yg aku ajak
bicara dan datang angin meniup ke arahku
sehingga dahannya
menubruk dadaku
dan dahan sisanya
melingkar di pundakku
dan rasanya seperti
dipeluk alam
dan ia seperti bilang terimakasih sudah lama tidak ada
manusia yg menyapanya
dan itu baru hari ini
masih banyak
hari-hari lain yg tidak aku sadari
Dan jawabannya sudah
jelas diberikan oleh semesta
Banyak hal yg bisa
aku lakukan
Selain memilih untuk
menggali lubang kesedihan yg sama
Dan berpikir soal
pergi
Bapakku sudah di fase
kesadaran yg lain
Impianku adalah
menjadi diriku sendiri
Menemukan kebahagiaan
dari dalam
Secara utuh dan tidak
bisa diganggu oleh makhluk luar
Dan keadaan luar
Dan itu adalah
perjalanan
Perjalanan seumur
hidup
“i’ve been lost, i’ve been found but i don’t feel down”
Setelah ilusi itu
lenyap
aku mempelajari beberapa pertanyaan
yg aku ciptakan sendiri
aku ingat sekali
waktu SD, aku pulang sekolah sendirian
aku melihat langit dan bertanya
"Tuhan sekolah dimana ya bisa jadi Tuhan?"
aku ingat sekali aku bertanya begitu
keluargaku semuanya relijius
pertanyaan-pertanyaan itu muncul di bawah alam sadarku
semakin bertambah umur
kesadaran muncul dan pertanyaan harus dihentikan
karena justru itu membuat pertanyaan-pertanyaan baru
aku tidak melabelkan diriku apapun
aku adalah jiwa yg sadar dan utuh
tidak setengah penuh
atau setengah kosong
dan aku tidak memerlukan gelas untuk mengisinya
aku percaya
segala perbuatan yg aku lakukan
akan berputar memberikan pelajaran
aku belajar islam, hindu, budha, kristen, agnostic, atheis, paganisme dll
dan aku bukan berada diantara mereka
aku percaya diriku adalah semesta
aku percaya energi
aku percaya semua makhluk hidup sekecil apapun adalah semesta
dan semuanya saling berhubungan
seperti satu bagian tubuh
saat hutan dibakar
maka manusia, tumbuhan, hewan akan sakit
lalu punah
aku tidak percaya ada surga maupun neraka
aku percaya kebaikan adalah obat sakti
dan perbuatan tidak menguntungkan juga akan kembali ke diri kita
aku percaya aku akan menarik energi yg sama
seperti energi yg aku keluarkan sendiri
aku percaya kematian adalah keindahan
dan aku percaya jiwa kita abadi
seperti apa kamu ingin dikenang jika sudah tiada?
aku berharap, kalian memiliki hidup yg luar biasa indah
sehingga kalian tidak punya waktu mengingat kepergianku