Kamis, 03 Januari 2019

“Dari Aku untuk Aku”



tulisan di bawah ini aku tulis
saat aku mau bunuh diri tahun lalu
dan setelah aku tenang sekarang
aku membaca ulang
dan rasanya menjadi indah
mungkin ada yg membacanya suatu hari
atau saat aku benar-benar mati secara alamiah
ini akan menjadi perantara yg halus







“I would like to leave this city, this old town don’t smell too pretty...
And i can feel the warning signs running around my mind”

Lirik lagu ciptaan Noel Gallagher untuk band oasis dan dinyanyikan ulang oleh Aurora
Lirik lagu itu rasanya nyata bagiku
Aku sudah menceritakan ke beberapa teman tentang keinginanku pindah dari kota
Dan bercerita hanya kepada dua orang teman tentang perasaanku yg tidak menyatu dengan dunia
Kenapa aku ada di sini? Dan untuk apa?
Lirik lagu itu aku putar di kereta dengan kabel musik
Aku menangis di kereta
Aku tutupi dengan masker mulut yg aku tarik lebih dalam ke arah mata
Dan aku menghadap ke pintu kereta
Melihat langit biru yg hanya ¾ sisanya bangunan manusia
Aku merasa bukan bagian dari kota tua ini
Walaupun saat orang-orang mengumpat dan mengeluh soal kota ini
Aku lebih memilih diam
Dan mengakalinya sendiri
Dengan meromantisasi gang-gang lama
Kakek tua penuh senyum
Hutan kota sepi
Taman-taman yg bisa diinjak rumputnya
Meromantisasi masa kecilku
Tanah lapang
Bermain di malam terang bulan
Halaman belakang yg subur
Walaupun, pada akhirnya
Rasanya aku mau kabur saja
Aku menangis di kereta
Dan aku bilang aku siap untuk beristirahat kalau memang itu yg seharusnya
Aku rindu bapakku

“so here i go, i’m still scratching around in the same old hole
my body feels young but my mind is very old”
saat aku menulis ini
aku dalam keadaan depresi lagi
vaginaku mengeluarkan cairan coklat lagi
sama seperti waktu Bapak pergi
aku selalu bercerita tentang Bapakku
tapi, apakah saat Bapakku hidup aku ini anak yg baik?
Tidak!
Aku bahkan tidak sadar kalau kematian itu salah satu fenomena hidup
Melalui kematian Bapakku aku diingatkan kalau
Kehilangan adalah ilusi
Aku tidak pernah memiliki apapun kecuali jiwaku sendiri
Dan sejak kelahiran sampai fase kematian
Dengan apa aku mengisi bentang itu?
Aku sudah melewati sekali banyak hal
Bahkan mungkin sedikit lebih banyak dari orang-orang seumuranku
Sejak kecil sampai dua puluh lima tahun ini
Sejak kecil aku sudah
Hidup sendirian, karena ibu dan bapakku kerja
Ibuku bekerja jauh dari rumah dan bapakku bekerja di dekat rumah
Saat istirahat jam kerja, ia pulang
Aku memasak diajarkan Bapak
Dan mengantarkan aku ke sekolah dengan sepedah
Mengecek PR ku
Mengajarkan aku melukis dan menulis puisi
Membawakan aku kaset-kaset lagu lama
Membelikan aku coklat saat hari ulang tahunku
Mengajarkanku sayang kucing dan memaafkan
Kalau aku ingat hal-hal itu semua
Aku rasanya mau kabur dari dunia ini
Karena kita tidak akan bisa menyadari waktu itu begitu singkat
Atau sebenarnya juga hanya ilusi
Sampai kita merasakan kehilangan itu sendiri
Aku tahu semua fenomena hidup ini adalah pelajaran
Termasuk soal cinta
Aku berbohong
Berkhianat
Memulai lagi
Berbohong dan berkhianat
Dibohongi dan dikhianati
Memulai lagi
Dan seterusnya
Tahun ini aku diberikan pelajaran
Kalau pada dasarnya
Aku adalah seorang yg sangat setia dan sensitif
Dari fenomena bertemu seseorang
Dan merasa disakiti
Akhirnya, semesta menunjukku untuk ke psikolog
Di psikolog aku ditunjukkan garis merah kesedihanku
Kalau, aku belum selesai dengan diriku
Belum memaafkan diriku
Soal Bapakku dan masa lalu
Yg tak pernah dimengerti keluarga atau orang terdekatku
Di titik balik aku memutuskan untuk memaafkan diriku
Memaafkan sekelilingku
Menerima semua keadaan yg ada
Dan bersyukur
Dan sudah jelas ternyata aku “monogamy”
Aku tidak bisa membagi perasaanku
Untukku perasaan dan sentuhan
Adalah sakral
Dan kepercayaan yg tinggi
Mungkin, saat pasanganku mati
Seminggu kemudian aku juga akan mati
Lalu, saat aku menyadari itu semua
Aku dikhianatai dan dibohongi
Aku memulai lagi
Memaafkan diriku, menerima diriku
Memaafkan orang lain, menerima orang lain
Lalu, aku disakiti lagi
Lalu,
Aku bertanya-tanya lagi
Kenapa aku memilih untuk bertahan atas semua rasa sakit ini?


“So what do you say? You cant give me the dream that are mine anyway”
Aku ingat kata Mahatama Gandhi
“you must be the change, you wish to see the world”
Saat aku disakiti
Sangat mudah untuk memilih membalas menyakiti
                                                                          Tetapi itu proses yg instan                  
Rasa puasnya tidak akan bertahan lama
Lalu, aku memilih untuk memaafkan
Dan membuang kesedihan sendirian
Tapi, terkadang aku bertanya-tanya
Kenapa aku diperlakukan begini?
Apa gunanya aku di sini?
Lalu,
Aku selalu dihadapkan dengan makhluk-makhluk yg minta pertolonganku langsung
Bukan, bukan karena aku baik
Tapi, mereka ada di hadapanku dan memintaku
Insting sensitifku sudah pasti memilih untuk menolong
Seperti yg terjadi hari ini
Temanku yg tiba-tiba minta bertemu saat sedang depresi dan butuh teman bicara
Nenek tua di stasiun yg tidak bisa naik tangga dan tidak ada yg menolong
Dan berdiri tepat di hadapanku saat aku lewat
Ibu yg keberatan membawa belanjaan dan hampir terjatuh
juga berdiri tepat di hadapanku saat aku lewat
kucing sakit yg duduk tepat di depan pintu rumahku
kakek nyasar yg duduk tepat di sampingku
anak perempuan buta yg minta ditunjukan jalan
dan bilang terimakasih dengan senyuman
pohon yg aku ajak bicara dan datang angin meniup ke arahku
sehingga dahannya menubruk dadaku
dan dahan sisanya melingkar di pundakku
dan rasanya seperti dipeluk alam
dan ia seperti  bilang terimakasih sudah lama tidak ada manusia yg menyapanya
dan itu baru hari ini
masih banyak hari-hari lain yg tidak aku sadari
Dan jawabannya sudah jelas diberikan oleh semesta
Banyak hal yg bisa aku lakukan
Selain memilih untuk menggali lubang kesedihan yg sama
Dan berpikir soal pergi
Bapakku sudah di fase kesadaran yg lain
Impianku adalah menjadi diriku sendiri
Menemukan kebahagiaan dari dalam
Secara utuh dan tidak bisa diganggu oleh makhluk luar
Dan keadaan luar
Dan itu adalah perjalanan
Perjalanan seumur hidup


“i’ve been lost, i’ve been found but i don’t feel down”
Setelah ilusi itu lenyap
 aku mempelajari beberapa pertanyaan
yg aku ciptakan sendiri
aku ingat sekali
waktu SD, aku pulang sekolah sendirian
aku melihat langit dan bertanya
"Tuhan sekolah dimana ya bisa jadi Tuhan?"
aku ingat sekali aku bertanya begitu
keluargaku semuanya relijius
pertanyaan-pertanyaan itu muncul di bawah alam sadarku
semakin bertambah umur
kesadaran muncul dan pertanyaan harus dihentikan
karena justru itu membuat pertanyaan-pertanyaan baru
aku tidak melabelkan diriku apapun
aku adalah jiwa yg sadar dan utuh
tidak setengah penuh
atau setengah kosong
dan aku tidak memerlukan gelas untuk mengisinya
aku percaya
segala perbuatan yg aku lakukan
akan berputar memberikan pelajaran
aku belajar islam, hindu, budha, kristen, agnostic, atheis, paganisme dll
dan aku bukan berada diantara mereka
aku percaya diriku adalah semesta
aku percaya energi
aku percaya semua makhluk hidup sekecil apapun adalah semesta
dan semuanya saling berhubungan
seperti satu bagian tubuh
saat hutan dibakar
maka manusia, tumbuhan, hewan akan sakit
lalu punah
aku tidak percaya ada surga maupun neraka
aku percaya kebaikan adalah obat sakti
dan perbuatan tidak menguntungkan juga akan kembali ke diri kita
aku percaya aku akan menarik energi yg sama
seperti energi yg aku keluarkan sendiri
aku percaya kematian adalah keindahan
dan aku percaya jiwa kita abadi
seperti apa kamu ingin dikenang jika sudah tiada?
aku berharap, kalian memiliki hidup yg luar biasa indah
sehingga kalian tidak punya waktu mengingat kepergianku









Tidak ada komentar:

Posting Komentar